Terima kasih atas kunjungan anda di blog kami

Sabtu, 28 Februari 2009

Tan Chor Chew Pasar Kaget di Gurun Adenium (trubus)



Pagi mulai beranjak siang, ketika truk kontainer Nissan 40 feet tiba di gerbang sebuah rumah berpagar putih. Keriuhan di kediaman Tan Chor Chew, pengusaha alat sembahyang di Pulau Pinang, Malaysia, pun dimulai. Dibantu 10 pekerja dengan susah payah Tan mendorong forklift manual bermuatan adenium berukuran jumbo. Akhirnya setelah 2 jam 11 mawar gurun raksasa selesai dinaikkan satu per satu ke atas kontainer.

Keriuhan kecil pada penghujung November 2008 itu bukan persiapan ekspor adenium dari Pulau Pinang ke mancanegara. Itu cara Tan Chor Chew, kolektor adenium, memuaskan hasrat mengikuti kontes adenium di setiap akhir tahun. Mobil pick up atau truk tak cukup untuk mengangkut 11 tanaman gurun berukuran raksasa. Yang terkecil setinggi 0,6 m dan terbesar 2,2 m. Setengah di antaranya bertaburan bunga.

Yang terbesar Adenium somalense setinggi 2,2 m bertaburan bunga lucky pink. Dua A. obesum yang lebih kecil berukuran 1,5 m tengah banjir bunga golden sun dan lucky pink. Ada pula obesum medium berdiameter 60 cm yang bermahkota carmello. Yang tak berbunga, tapi berpenampilan cantik arabicum yaman dan ra chinee pandok. 'Satu-satunya cara mengangkut pakai kontainer. Bunga juga terlindung dari empasan angin selama perjalanan,' kata suami Leow Say Noon itu.

Di kalangan pemain adenium di daratan Malaya nama Tan memang tak asing. 'Dia kolektor adenium terbaik dan terbesar di Malaysia,' kata Pong Kok Kiong, pemilik nurseri 2M Dessert Rose. Ucapan itu bukan omong kosong. Dari sebelas adenium yang disertakan Tan di Penang Floral Festival II 2008, 8 di antaranya merebut emas, perak, dan perunggu (sebutan juara ke-1 - 3 di Malaysia, red). Empat koleksinya merebut emas dari 7 kelas yang dibuka. Artinya, importir dan pemilik nurseri adenium kawakan ditaklukkan olehnya seorang diri.

Rumah payung

Nama besar Tan di pulau yang terletak di Pantai Barat Laut Semenanjung Malaysia itu berkat kecintaannya pada adenium. Halaman depan rumahnya seluas 3.000 m2 disulap setengahnya menjadi miniatur gurun. Pengusaha stik dan minyak gaharu yang memiliki cabang di Singapura, Thailand, dan Australia itu menaburkan batu kerikil putih dan pasir. Di sana diletakkan 30 tempayan keramik setinggi 50 - 60 cm sebagai pengganti pilar. Setiap tempayan berjarak 1,7 m x 1,7 m. Di atas gentong itulah pot adenium bertaburan bunga harry potter dan lucky pink bertengger. Arabicum dan RCN pun tampak gagah di atas gentong.

Setengah halaman sisanya dibiarkan bersuasana tropis. Di sana sebatang beringin raksasa berumur 16 tahun tumbuh menjulang. Di batang beringin itu menempel tanduk rusa dan nepenthes yang digantung. Di bawah tajuk dibangun ruang terbuka berukuran 3 m x 4 m sebagai tempat fi tness. Meja kursi beton dan ayunan pun terpasang di sana. Dari sanalah keindahan adenium dapat dinikmati Tan. 'Seperti menikmati suasana gurun dari daerah tropis,' kata ayah dari Tan Chia Yi, Tan Chia Wan, dan Tan Yi Wen itu.

Meski sibuk bekerja di pabrik gaharu yang hanya sepelemparan batu dari rumahnya, Tan selalu menyempatkan diri melihat mawar gurun setiap hari. 'Bila ada masalah di pabrik, saya langsung datang ke halaman rumah,' ujarnya. Rasa penat diusirnya dengan membuang daun kuning dan bunga yang mulai layu. Khusus sore hari, seusai fi tness, Tan menyiram adenium dengan bantuan selang. Percikan air itu membuat tubuhnya yang berkeringat menjadi sejuk.

Yang unik suasana tropis dan gurun adenium di halaman rumah Tan berubah 180o saat malam beranjak larut atau turun hujan. 'Kalau malam jadi mirip pasar kaget,' ujar Khor Oai Meng, importir tanaman hias di Malaysia. Maklum, sebelum beranjak ke peraduan Tan selalu memasang payung raksasa - yang biasa dipakai berjualan di pinggir jalan - berdiameter 3 m di atas adenium yang bertaburan bunga. Itu untuk melindungi bunga dari guyuran hujan yang kerap datang saat dinihari.

Pernah suatu malam sebanyak 12 payung terbentang karena semua adenium bertaburan bunga. Hobiis badminton itu juga kerap tergesa-gesa memasang payung bila hujan datang tiba-tiba di siang hari. Meski menguras tenaga karena harus bongkarpasang, Tan enggan membuat naungan dari plastik seperti yang lazim dilakukan pemilik nurseri. 'Bila dipasang UV, suasana gurun menjadi hilang,' katanya.

Baru setahun

Sejatinya, hobi Tan mengoleksi adenium berukuran besar dan berkualitas kontes baru berjalan setahun terakhir. 'Dulu selama 3 tahun hanya punya 3 - 4 pohon dan tidak pernah tambah koleksi,' ujarnya. Ia mulai gemar berburu setelah adenium miliknya meraih gelar best in show di Penang Floral Festival pada Mei 2007. Koleksi bungsu dari 10 bersaudara itu sukses meraih gelar terhormat setelah Tan mengundang Ooi Chong Choo, trainer kenamaan di Pulau Pinang, datang ke rumahnya seminggu 3 kali untuk merawat.

Setelah kemenangan itulah banyak kenalan, kerabat, dan jurnalis Malaysia berkunjung ke rumahnya melihat sang best in show. Setahun silam Trubus menjadi 1 dari belasan jurnalis yang ditolak Tan saat ingin berkunjung. 'Saya malu karena punya sedikit pohon,' katanya. Kini setelah getol mengumpulkan adenium pintu rumahnya mulai terbuka. Menurut Ooi Chong Choo, sekitar 80% adenium yang disertakan pada kontes November 2008 baru diperoleh dan dipersiapkan 4 - 6 bulan sebelumnya.

Meski Tan enggan menyebutkan nilai koleksinya, setiap pohon juara yang dimiliki bernilai tak kurang RM4.000 - RM12.800 setara Rp14-juta - Rp44,8-juta. 'Itu harga beli saat belum juara dan belum ditraining. Kini harganya sudah tak ternilai,' kata Ooi. Di awal Desember 2008, Trubus memergoki Tan tengah bernegosiasi harga untuk memboyong arabicum yaman berdiameter 70 cm senilai RM15.000 di sebuah pameran.

15 anjing

Untuk mengamankan koleksinya Tan menggunakan 15 anjing dan 24 orang sebagai penjaga. Itu sekaligus untuk menjaga rumah dan pabrik seluas ½ ha. 'Sekarang pegawai pabrik mesti ikut menjaga adenium,' tutur Tan. Ketatnya penjagaan karena ukuran adenium yang besar-besar mudah terlihat oleh orang yang lalu-lalang di luar pagar. Tak jarang orang yang lewat berhenti dan mencoba meraih bunga yang mekar dengan bambu.

Toh, Tan tetap mengizinkan orang yang lewat untuk masuk ke halaman rumahnya sekadar untuk mengambil gambar. 'Dua hari lalu ada orang Jepang tak dikenal ambil gambar dari luar. Jadi kita persilakan masuk,' tutur Leow Say Noon, istri Tan. Bahkan, setiap malam akhir pekan Tan dan Leow sering mengundang kenalan dan kerabat untuk menikmati keindahan adenium. Mereka seringkali ngobrol hingga dinihari. Bagi Tan dan istrinya kebahagiaan ketika memandang dessert rose perlu dibagikan pada setiap orang. (Destika Cahyana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar